Sabtu, 01 Desember 2012

Cintaku Kubawa Mati



CINTAKU KAU BAWA MATI
Oleh : Julita Theresia Sianipar

            Pagi ini ada yang berubah dengan penampilannya. Rambutnya yang biasanya di kucir tinggi dan hanya poni samping yang tergerai, namun pagi hari itu rambutnya yang tebal dan hitam serta panjang itu sengaja di gerainya dan dihiasinya kepalanya dengan sebuah pita berwarna pink sehingga menimbulkan kesan yang lebih feminim dari dia yang biasanya.
            Dengan percaya diri yang cukup tinggi dilangkahkannya kakinya memasuki gerbang sekolah. Semua orang yang melihatnya heran dan tak percaya bahwa dia adalah Vina yang mereka kenal, Vina yang tomboy dan aktif.
            “Selamat pagi non Vina..!!” Kata pak  Udin satpam sekolah yang ikut heran melihat perubahan Vina pagi ini.
            “Selamat pagi Pak Udin !!!”
            “Ada angin apa Non? Sepertinya Non Vina sangat berbeda pada pagi hari ini..!!”
            “Ohh itu, apakah penampilan saya kurang menarik Pak??”
            “Tidak, tidak!! Justru pagi ini Non Vina sangat cantik sekali, beda dari yang biasanya.” Ucap pak Udin sedikit memuji.
            “Oh ya?? Baguslah, terimakasih pak Udin.” Balas Vina dengan semangatnya.
            Dilanjutkannya langkahnya menuju lapangan sekolah. Setiap mata kini tertuju padanya sampai membuat jantungnya berdegup kencang. Tak sadar kakinya kini sudah berada di depan pintu kelas. Sebelum melangkah masuk dia bertanya dalam hati, kira-kira kejutan apa yang akan diberikan teman-temannya untuknya dan bagaimana reaksi teman-temannya melihat penampilannya pagi ini.
            Dilangkahkannya kakinya menuju ruangan kelas yang ramai dan dilemparkannya senyuman manis kepada setiap orang yang ada dikelas itu. Seketika semua orang melihatnya namun seketika itu juga semua mengalihkan pandangannya dari Vina dan kembali dengan kesibukannya masing-masing.
            Ha…??? Hanya seperti itu, tanpa ada respon? Vina bertanya-tanya dalam hati. Bahkan mereka semua lebih cuek dari biasanya. Tanpa berlama-lama Vina langsung menuju kursinya dan duduk di sebelah Ria sahabatnya sambil menyapanya.
            “Selamat pagi Ria..!!!” Sapa Vina sambil melontarkan senyuman yang manis kepada Ria.
            “Selamat pagi!!” Balas Ria biasa. Kemudian Ria memalingkan wajahnya dari Vina dan kembali dengan Roy, yang duduk di belakang mereka.
            Selama jam pelajaran berlangsung, tak ada seorangpun yang membuat Vina bahagia dihari ulang tahunnya ini.Semua teman-temannya seakan-akan lupa hari ulang tahunnya dan tak ada seorangpun yang memberi respon kepadanya atas penanpilannya yang sengaja di ubahnya, bahkan mereka semua terkesan acuh kepada Vina terutama sahabatnya, Ria. Dia seakan menjauhi Vina dan meninggalkan Vina sendiri di kelas dan pergi ke kantin hanya berdua dengan Rehan,sang pujaan hatinya. Namun, meskipun Ria dan Rehan berpacaran mereka tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran Vina selama ini. Vina termenung sendiri di kelas, berharap ada yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya atau setidaknya mengajaknya ngobrol. Terutama ucapan dari kekasihnya Marcel. Dia sungguh berharap Marcel meneleponnya dan memberi kejutan atau setidaknya memberi ucapan selamat ulang tahun. Namun hingga jam pelajaran terakhir selesai,tak ada seorangpun yang membahagiakan hati Vina .
            Bel tanda pulang berbunyi. Semua siswa sibuk untuk pulang, termasuk Vina. Kali ini Vina pulang sendiri, tidak seperti biasanya yang selalu bersama dengan Ria sahabatnya itu. Bahkan di sekolah mereka berdua dijuluki “sikembar siam” karena mereka selalu bersama. Namun sepertinya tidak untuk hari ini.
“Vina…!! Vin..!!” terdengar suara Ria memanggil.
            “Eh...Ria? Ada apa?”
            “Kamu kok langsung pulang?”
            “Mau ngapain lagi?” Kata Vina sedikit kesal.
            “Jangan banyak pertanyaan, ikut saja.”
            Ria menarik tangan Vina dengan sedikit memaksa. Vina hanya mengikuti arah kemana Ria membawanya. Mereka tiba di pintu kelas mereka. Tiba-tiba Vina dikejutkan dengan suara tepuk tangan dan teriakan yang meriah. Ternyata temannya satu kelas sudah merencanakan kejutan ini untuk Vina.
            “Selamat ulang tahun Vina“ Ucap mereka serentak.
Vina hanya terdiam dan merasa haru dengan semuanya. Dia tidak menyangka bahwa ini semua diberikan oleh teman-temannya kepadanya.
            David maju dengan membawa kue ulang tahun dan lilin yang berbentuk angka 17 di atasnya. Dengan senyum hangat, David dan teman-temannya menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Vina.
            Setelah semua acara surprise ulang tahun Vina selesai, David memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Vina dengan mengajaknya jalan sore ini. Sebenarnya sudah sejak lama David memendam perasaanya kepada Vina. Namun dia tidak berani mengungkapkannya karena masih ada Marcel di sampingnya. Merebut kekasih orang lain bukanlah tipenya apalagi Vina. Dia tidak tega merenggut kebahagiaan Vina bersama Marcel yang selama ini dilihatnya. Akan tetapi, untuk kali ini dia sudah bertekat untuk mengungkapkan perasaannya. Apapun nantinya jawaban Vina dia akan menerimanya dengan hati yang terbuka.
            Sore itu pun mereka bertemu di taman kota, sambil memakan ice cream. Mereka berjalan mengelilingi taman hingga mereka tiba di tengah-tengah taman itu. Di dekat bundaran air mancur yang terletak di taman itulah, david menyatakan isi hatinya.
            “Vin, kamu berbeda sekali hari ini. Kamu cantik banget.”
            “Terimakasih”
            “Vina aku pengen bilang sesuatu sama kamu.”
            “Ya udah. Ngomong aja.”
            “Sebenarnya sudah sejak lama aku memendam perasaan terhadapmu. Aku sendiri tidak tahu mengapa bisa sampai seperti ini, aku tahu kamu adalah kekasihnya Marcel dan aku tidak mungkin merebutmu dari dia. Tapi aku juga tidak tahan berlama-lama memendam perasaan ini. Aku tidak memintamu untuk menerima cintaku. Aku hanya ingin kau tahu seberapa sayangnya aku padamu.” Kata David dengan penuh kejujuran serta ketulusan.
Vina tidak langsung menjawab. Dia terdiam sejenak dan menatap David seperti sedang berfikir.
“Aku berterimakasih atas kasih sayangmu. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu  punya perasaan itu kepada ku. Aku minta maaf karena aku tidak bisa mengartikan semua kebaikan mu kepadaku.” Jawab Vina.
“Tidak Vin kamu tidak salah, untuk apa kamu minta maaf?”
“Tapi aku tidak bisa menerima kamu, karena kamu sendiri tau bahwa sampai saat ini aku dan Marcel masih berpacaran, aku tidak mungkin mengkhianatinya. Dan aku juga sayang padamu tapi hanya sebatas sahabat tidak lebih dari itu. Sekali lagi aku minta maaf.” Ucap Vina.         
“Iya Vin tak apa, tapi kau tidak membenci ku, kan?”
“Tidaklah, justru aku berterimakasih.”
Setelah semua diungkapkan oleh David, dia merasa seperti bebas dari belenggu. Diantarnya Vina pulang dengan hati yang lega. Sementara itu, sesampainya di kamar Vina merasa gelisah karena satu harian ini tidak ada kabar dari Marcel. Vina mencoba meneleponnya tetapi Hpnya tidak aktif. Dia ingin menemuinya,tapi apa kata dunia kalau cewek yang menemuui cowok?? Dia hanya bisa termenung sendiri dikamarnya.
Esok harinya betapa terkejutnya dia melihat Marcel makan berdua dengan cewek lain. Terbakar rasanya hati Vina sehingga tak sabar lagi dihampirinya Marcel dan kekasih barunya itu dan tanpa berkata apa-apa langsung menampar wajah tampan Marcel.
“Brengsek kau Marcel, teganya kau berbuat seperti ini pda ku!! Seharian aku menunggumu kemarin tapi apa? Ini kadomu terhadap ku, mendua di belakang ku? Iya??”
“Ya ampun maaf sayang aku lupa hari ulang tahunmu.” Ucap Marcel dengan menyesal.
“Lupa? Tentu saja kau lupa. Kau sibuk dengan pacar barumu.”
“Bukan, dia bukan pacarku, aku bisa jelaskan.”
Tiba-tiba wanita itu berdiri dari kursinya dan menampar pip Marcel.
“Apa? Baru saja kau bilang aku satu-satunya wanita yang kau cintai. Dasar buaya.” kata wanita itu sambil menampar Marcel untuk kedua kalinya dan langsung berlalu dari tempat itu.
“Sudahlah Marcel , semua sudah terungkap, aku kecewa sama kamu. Aku mau detik ini juga kita putus!!” Kata Vina dan pergi meninggalkan Marcel sendiri.
“Vin.. Vina. Tungu aku bisa jelaskan.”teriak Marcel. Namun Vina sudah lebih dulu berlalu dari tempat itu.
Esok harinya Vina menceritakan semua kepada Ria dan David. Sampai tak sadar ia telah meneteskan air mata.
“Sudahlah Vin, masih ada aku, Ria, dan teman-teman lainnya” kata david sambil mengelus-elus bahu Vina seakan ikut merasakan apa yang Vina rasakan.
“Iya. Thanks ya Vid, Ria?”
“iya, sama-sama” balas David.
Sementara itu Marcel terus  mencoba untuk meminta maaf kepada Vina. Tidak hanya di sekolah tetapi Marcel juga sering datang ke rumah Vina dan berharap ada kesempatan lagi untuknya. Hingga akhirnya hati Vina pun luluh melihat semua perjuangan Marcel untuk meminta maaf padanya.
Tak dapat dipungkiri, Vina masih ada rasa terhadap Marcel. Vina merasa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, termasuk Marcel. Dia berharap pada kesempatan kedua ini, Marcel bisa berubah menjadi sosok yang lebih baik.
Sementara David telah mengetahui bahwa Vina dan Marcel sudah balikan. Dia merasa kecewa, sehingga membuatnya sering menyendiri. Hal ini benar-benar membakar hati David. Namun dia tetap pada pendiriannya, dia tak mau merebut kekasih orang lain. Untuk itu dia berfikir mungkin lebih baik dia menjauhi Vina untuk sementara waktu sampai kecemburuannya menyusut.
Vina sendiri merasakan perubahan yang terjadi pada diri David. Dia tidak sepeti biasanya. Sebelumnya dia sering mengajak Vina jalan-jalan di taman kota, membelikkan Vina ice cream, dan tak jarang main ke rumah Vina. Namun akhir-akhir ini dia tak pernah lagi melakukan itu semua. Tanpa disadari Vina mulai merindukan kehadiren David. Vina merindukan masa-masa dimana dia menghabiskan waktu bersama David, jala-jalan di taman kota sambil makan ice cream, Vina merindukan semua itu. Bahkan saat dia bersama Marcel pun dia selalu kepikiran denngan David.
Suatu ketika ibunya menanyakan David kepada Vina.
“Vin, bagaimana kabar David?”
“Dia baik, bu. Ada apa ibu menyinggungnya?”
“Tidak apa-apa. Biasanya dia sering main ke rumah. Tapi akhir-akhir ini tak pernah lagi.” Uacap ibu penasaran.
“Mungkin dia sedang sibuk dengan studinya bu?”
 “Oh ya? Ya sudahla.”
Bukan hanya ibu yang merindukannya, tapi aku juga. Dia berubah sekarang, bu. Dia tidak seperti David yang dulu lagi, yang baik, ramah, dan perhatian. Dia sudah menjadi dingin dan tak perduli lagi padaku. Aku merindukannya bu? Aku mrindukan David, kata Vina dalam hati.
Suatu sore Vina pergi sendiri ke taman sambil meningat-ingat kejadian yang dialaminya bersama David. Tak sengaja dilihatnya David sedang duduk dan bercanda mesra dengan seorang gadis. Sungguh sesak dada Vina menyaksikan kejadian itu. Kali ini Vina benar-benar cemburu melihat kedekatan David dengan gadis lain. Dilemparnya botol minuman yang di tangannya kemudian pergi dari tempat itu dengan hati yang marah dan cemburu yang membuat kakinya tersandung dan jatuh. Kakinya luka dan berdarah. Namun dia tidak segera bangkit,dia duduk terdiam di tempat jatuhnya itu sambil meneteskan air mata.
“Ya Tuhan,mengapa aku seperti ini? David hanya ku anggap sebagai sahabat saya, tapi kenapa aku marah melihatnya dengan gadis lain? Apakah aku mencintai David?” ucap Vina dengan berlinang air mata.
Sesampainya di rumah, Vina masih gelisah dengan kejadian di taman tadi sore. Dan akhirnya dia menyadari bahwa kasih sayang yang di berikan David kepadanya serta kepeduliaanya dan perhatiannya telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati Vina.
“Aku tidak bias begini terus, aku harus menyatakan semuanya kepada David mala mini juga.”
Beberapa kali di teleponnnya ke HP David namun tak diangkatnya, di sms tak di balas, dan akhirnya dikirimnya pesan kea kun FBnya David.
Vid, aku minta maaf jika kedekatanku dengan Marcel membuatmu marah dan menjauhiku, tapi jujur aku juga cemburu melihatmu dengan wanita lain di taman kota tadi sore.aku baru sadar kalau aku mencintaimu, aku merindukankehadiranmu di hidupku lagi. Jika kamu masih mencintai aku, temui aku di taman kota sekarang/
Sementara itu entah angina pa yang mendorong David untuk membuka akun Fbnya. Ini adalah kali pertama dia membukanya selama sebulan terakhir. Dibacanya pesan dari Vina dan betapa bahagianya David saat itu. Dia tak mampu berkata apa-apa lagi. Tiba-tiba hujan turundengan derasnya.namun itu tidak mampu membuat David mengurungkan niatnya untuk menemui Vina yang telah menunggunya di taman kota. Setibanya di sana, dia melihat Vina berdiri sendiri dengan pakaian yang basah kuyup.
“Vina…!!” teriak David sambil berlari ke arahnya.
“David?”
“Vina, aku juga mencintaimu, aku minta maaf kalu sifatku selama ini melukai perasaanmu”
“Tidak apa-apa, aku juga minta maaf sama kamu.”
“I love you vin..” Kata David.
“I love you too.” Balas Vina.
Kemudian kedua insan itu menyatu di bawah guyuran air hujan, seakan tak merasakan dinginnya air hujan dan angin malam yang menerpa tubuh mereka.
“Tapi, bagaimana dengan Marcel?”
“Aku akan bicara baik-baik padanya besok.”
“Baiklah, ayo aku antar kamu pulang?” kata David
Lalu diantarnya  Vina pulang hngga tiba di rumahnya.
“Vin aku seneng banget hari ini. Aku janji tidak akan mengecewakanmu. Soal gadis yang di taman tadi, dia adalah teman lamaku. Aku sudah berjanji dalam hati ku, hanya kau seorang yang kucintai.”
“Iya tidak apa-apa, aku amsuk dulu ya?”
“Iya.”
Baru beberapa langkah Vina melangkahkan kakinya, tiba-tiba dia berbalik da di ciumnya pipi lelaki itu dengan lembut, membuat jantung David rasanya mau copot.
            “Sekarang pulanglah.”
Namun dia tidak langsung pulang. Dilihatnya dan dipastikannya Vina masuk ke rumah terlebih dahulu kemudian dia meluncur dari tempat itu.
            Esok harinya Vina bermaksud menceritakan hal ini kepada Ria sahabatnya. Namun belum sempat dia menyapa teman-temannya, dia dibuat kaget karena semua teman satu kelasnya menangis seperti kehilangan sesuatu yang berharga.
            “Ada apa Ria? Mengapa kalian semua menangis? Apa yang terjadi?” Tanya Vina penasaran.
            “kita kehilangan satu teman kita Vin. David kecelakaan. Mobilnya menghantam tiang listrik semalam.” Kata Ria dibarengi dengan suara isak tangis.
            “A….Apa?? Da…David. David kecelakaan??”
            “Iya Vin. Nanti kita akan datang ke rumah David untuk melayatnya.”
Air mata yang segera mengalir deras tak mampu lagi di bendungnya. Tak ada sepatah kaa pun yang keluar dari mulut Vina.
            Setelah mereka selesai mendoakan jasad David, bersama-sama mereka mengantarkan David ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Selama proses pemakaman berlangsung, Vina tak banyak berkata-kata. Dia hanya menangis dan menangis. Sesekali di panggilnya nama David lirih.
            Setelah semua orang meninggalkan tempat itu,tinggallah Vina seorang diri yang diam terpaku mihadapan kubur David. dipegangnya kubur itu dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.
            “Aku tidak pernah menyangka kalau malam itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Kenapa kau pergi secepat ini? Kenapa kau pergi disaat aku sadar bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang mencintaiku dengan tulus. Aku tidak tau harus gimana lagi. Aku tidak tau apakah aku dapat melanjutkan hidupku tanpa kehadiranmu di sisiku lagi?” isak Vina.
            Tiba-tiba sepasang tangan menyentuh dan merangkul bahu Vina dengan hangat. Ditolehkannya wajahnya kea rah empunya kedua tangan itu.
            “Marcel.”
            “Aku tau semuanya Vina. Sudahlah, tak ada gunanya kamu menangisi David seperti ini. Dan aku juga yakin kalau David tidak ingi melihatmu seperti ini. Kau harus kuat dan tegar Vin. Kau pasti bisa meneruskan hidupmu. Aku masih di sini, Vina. mungkin aku tidak bias seperti David, tapi aku janji aku akan menjadi yang terbaik buat kamu.”
            Dipeluknya tubuh Vina dengan kehangatan dan dibelainya rambut gadis itu penuh krtulusan. Ternyata Vina membalas pelukan Marcel. Kubur David menjadi saksi antara cinta Marcel dan Vina.
            “Terimakasih Marcel, karena kamu masih setia dengan cintamu padaku, meskipun kau tau hatiku hanya untuk David.”
            “Taka apa Vin, biarkan semua mengalir sebagaimana adanya.” Ucap Marcel meyakinkan.
            David, aku akan belajar untuk mulai menerima Marcel di hidupku. Tapi ketahuilah, kamu akan selalu ada di hatiku selamanya, tak perduli siapapun yang ada di sisi ku saat ini. Kata Vina dalam hati. Keduanyapun melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu dengan hati yang tenang dan mengikhlaskan kepergian David.