CINTAKU
KAU BAWA MATI
Oleh : Julita Theresia Sianipar
Pagi ini ada yang berubah dengan
penampilannya. Rambutnya yang biasanya di kucir tinggi dan hanya poni samping
yang tergerai, namun pagi hari itu rambutnya yang tebal dan hitam serta panjang
itu sengaja di gerainya dan dihiasinya kepalanya dengan sebuah pita berwarna
pink sehingga menimbulkan kesan yang lebih feminim dari dia yang biasanya.
Dengan percaya diri yang cukup
tinggi dilangkahkannya kakinya memasuki gerbang sekolah. Semua orang yang melihatnya
heran dan tak percaya bahwa dia adalah Vina yang mereka kenal, Vina yang tomboy
dan aktif.
“Selamat pagi non Vina..!!” Kata
pak Udin satpam sekolah yang ikut heran
melihat perubahan Vina pagi ini.
“Selamat pagi Pak Udin !!!”
“Ada angin apa Non? Sepertinya Non
Vina sangat berbeda pada pagi hari ini..!!”
“Ohh itu, apakah penampilan saya
kurang menarik Pak??”
“Tidak, tidak!! Justru pagi ini Non
Vina sangat cantik sekali, beda dari yang biasanya.” Ucap pak Udin sedikit
memuji.
“Oh ya?? Baguslah, terimakasih pak
Udin.” Balas Vina dengan semangatnya.
Dilanjutkannya langkahnya menuju
lapangan sekolah. Setiap mata kini tertuju padanya sampai membuat jantungnya
berdegup kencang. Tak sadar kakinya kini sudah berada di depan pintu kelas.
Sebelum melangkah masuk dia bertanya dalam hati, kira-kira kejutan apa yang
akan diberikan teman-temannya untuknya dan bagaimana reaksi teman-temannya
melihat penampilannya pagi ini.
Dilangkahkannya kakinya menuju
ruangan kelas yang ramai dan dilemparkannya senyuman manis kepada setiap orang yang
ada dikelas itu. Seketika semua orang melihatnya namun seketika itu juga semua
mengalihkan pandangannya dari Vina dan kembali dengan kesibukannya
masing-masing.
Ha…??? Hanya seperti itu, tanpa ada
respon? Vina bertanya-tanya dalam hati. Bahkan mereka semua lebih cuek dari
biasanya. Tanpa berlama-lama Vina langsung menuju kursinya dan duduk di sebelah
Ria sahabatnya sambil menyapanya.
“Selamat pagi Ria..!!!” Sapa Vina
sambil melontarkan senyuman yang manis kepada Ria.
“Selamat pagi!!” Balas Ria biasa. Kemudian
Ria memalingkan wajahnya dari Vina dan kembali dengan Roy, yang duduk di
belakang mereka.
Selama jam pelajaran berlangsung,
tak ada seorangpun yang membuat Vina bahagia dihari ulang tahunnya ini.Semua
teman-temannya seakan-akan lupa hari ulang tahunnya dan tak ada seorangpun yang
memberi respon kepadanya atas penanpilannya yang sengaja di ubahnya, bahkan
mereka semua terkesan acuh kepada Vina terutama sahabatnya, Ria. Dia seakan
menjauhi Vina dan meninggalkan Vina sendiri di kelas dan pergi ke kantin hanya
berdua dengan Rehan,sang pujaan hatinya. Namun, meskipun Ria dan Rehan
berpacaran mereka tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran Vina selama
ini. Vina termenung sendiri di kelas, berharap ada yang mengucapkan selamat
ulang tahun kepadanya atau setidaknya mengajaknya ngobrol. Terutama ucapan dari
kekasihnya Marcel. Dia sungguh berharap Marcel meneleponnya dan memberi kejutan
atau setidaknya memberi ucapan selamat ulang tahun. Namun hingga jam pelajaran
terakhir selesai,tak ada seorangpun yang membahagiakan hati Vina .
Bel tanda pulang berbunyi. Semua
siswa sibuk untuk pulang, termasuk Vina. Kali ini Vina pulang sendiri, tidak
seperti biasanya yang selalu bersama dengan Ria sahabatnya itu. Bahkan di
sekolah mereka berdua dijuluki “sikembar siam” karena mereka selalu bersama.
Namun sepertinya tidak untuk hari ini.
“Vina…!!
Vin..!!” terdengar suara Ria memanggil.
“Eh...Ria? Ada apa?”
“Kamu
kok langsung pulang?”
“Mau ngapain lagi?” Kata Vina
sedikit kesal.
“Jangan banyak pertanyaan, ikut
saja.”
Ria menarik tangan Vina dengan
sedikit memaksa. Vina hanya mengikuti arah kemana Ria membawanya. Mereka tiba
di pintu kelas mereka. Tiba-tiba Vina dikejutkan dengan suara tepuk tangan dan
teriakan yang meriah. Ternyata temannya satu kelas sudah merencanakan kejutan
ini untuk Vina.
“Selamat ulang tahun Vina“ Ucap
mereka serentak.
Vina
hanya terdiam dan merasa haru dengan semuanya. Dia tidak menyangka bahwa ini
semua diberikan oleh teman-temannya kepadanya.
David maju dengan membawa kue ulang
tahun dan lilin yang berbentuk angka 17 di atasnya. Dengan senyum hangat, David
dan teman-temannya menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Vina.
Setelah semua acara surprise ulang
tahun Vina selesai, David memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya
kepada Vina dengan mengajaknya jalan sore ini. Sebenarnya sudah sejak lama
David memendam perasaanya kepada Vina. Namun dia tidak berani mengungkapkannya
karena masih ada Marcel di sampingnya. Merebut kekasih orang lain bukanlah
tipenya apalagi Vina. Dia tidak tega merenggut kebahagiaan Vina bersama Marcel
yang selama ini dilihatnya. Akan tetapi, untuk kali ini dia sudah bertekat
untuk mengungkapkan perasaannya. Apapun nantinya jawaban Vina dia akan
menerimanya dengan hati yang terbuka.
Sore itu pun mereka bertemu di taman
kota, sambil memakan ice cream. Mereka berjalan mengelilingi taman hingga
mereka tiba di tengah-tengah taman itu. Di dekat bundaran air mancur yang
terletak di taman itulah, david menyatakan isi hatinya.
“Vin, kamu berbeda sekali hari ini.
Kamu cantik banget.”
“Terimakasih”
“Vina aku pengen bilang sesuatu sama
kamu.”
“Ya udah. Ngomong aja.”
“Sebenarnya sudah sejak lama aku memendam
perasaan terhadapmu. Aku sendiri tidak tahu mengapa bisa sampai seperti ini,
aku tahu kamu adalah kekasihnya Marcel dan aku tidak mungkin merebutmu dari
dia. Tapi aku juga tidak tahan berlama-lama memendam perasaan ini. Aku tidak
memintamu untuk menerima cintaku. Aku hanya ingin kau tahu seberapa sayangnya
aku padamu.” Kata David dengan penuh kejujuran serta ketulusan.
Vina
tidak langsung menjawab. Dia terdiam sejenak dan menatap David seperti sedang
berfikir.
“Aku
berterimakasih atas kasih sayangmu. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu punya perasaan itu kepada ku. Aku minta maaf
karena aku tidak bisa mengartikan semua kebaikan mu kepadaku.” Jawab Vina.
“Tidak
Vin kamu tidak salah, untuk apa kamu minta maaf?”
“Tapi
aku tidak bisa menerima kamu, karena kamu sendiri tau bahwa sampai saat ini aku
dan Marcel masih berpacaran, aku tidak mungkin mengkhianatinya. Dan aku juga
sayang padamu tapi hanya sebatas sahabat tidak lebih dari itu. Sekali lagi aku
minta maaf.” Ucap Vina.
“Iya
Vin tak apa, tapi kau tidak membenci ku, kan?”
“Tidaklah,
justru aku berterimakasih.”
Setelah
semua diungkapkan oleh David, dia merasa seperti bebas dari belenggu.
Diantarnya Vina pulang dengan hati yang lega. Sementara itu, sesampainya di
kamar Vina merasa gelisah karena satu harian ini tidak ada kabar dari Marcel.
Vina mencoba meneleponnya tetapi Hpnya tidak aktif. Dia ingin menemuinya,tapi
apa kata dunia kalau cewek yang menemuui cowok?? Dia hanya bisa termenung
sendiri dikamarnya.
Esok
harinya betapa terkejutnya dia melihat Marcel makan berdua dengan cewek lain.
Terbakar rasanya hati Vina sehingga tak sabar lagi dihampirinya Marcel dan
kekasih barunya itu dan tanpa berkata apa-apa langsung menampar wajah tampan
Marcel.
“Brengsek
kau Marcel, teganya kau berbuat seperti ini pda ku!! Seharian aku menunggumu
kemarin tapi apa? Ini kadomu terhadap ku, mendua di belakang ku? Iya??”
“Ya
ampun maaf sayang aku lupa hari ulang tahunmu.” Ucap Marcel dengan menyesal.
“Lupa?
Tentu saja kau lupa. Kau sibuk dengan pacar barumu.”
“Bukan,
dia bukan pacarku, aku bisa jelaskan.”
Tiba-tiba
wanita itu berdiri dari kursinya dan menampar pip Marcel.
“Apa?
Baru saja kau bilang aku satu-satunya wanita yang kau cintai. Dasar buaya.”
kata wanita itu sambil menampar Marcel untuk kedua kalinya dan langsung berlalu
dari tempat itu.
“Sudahlah
Marcel , semua sudah terungkap, aku kecewa sama kamu. Aku mau detik ini juga
kita putus!!” Kata Vina dan pergi meninggalkan Marcel sendiri.
“Vin..
Vina. Tungu aku bisa jelaskan.”teriak Marcel. Namun Vina sudah lebih dulu
berlalu dari tempat itu.
Esok
harinya Vina menceritakan semua kepada Ria dan David. Sampai tak sadar ia telah
meneteskan air mata.
“Sudahlah
Vin, masih ada aku, Ria, dan teman-teman lainnya” kata david sambil
mengelus-elus bahu Vina seakan ikut merasakan apa yang Vina rasakan.
“Iya.
Thanks ya Vid, Ria?”
“iya,
sama-sama” balas David.
Sementara
itu Marcel terus mencoba untuk meminta
maaf kepada Vina. Tidak hanya di sekolah tetapi Marcel juga sering datang ke
rumah Vina dan berharap ada kesempatan lagi untuknya. Hingga akhirnya hati Vina
pun luluh melihat semua perjuangan Marcel untuk meminta maaf padanya.
Tak
dapat dipungkiri, Vina masih ada rasa terhadap Marcel. Vina merasa setiap orang
berhak mendapatkan kesempatan kedua, termasuk Marcel. Dia berharap pada
kesempatan kedua ini, Marcel bisa berubah menjadi sosok yang lebih baik.
Sementara
David telah mengetahui bahwa Vina dan Marcel sudah balikan. Dia merasa kecewa,
sehingga membuatnya sering menyendiri. Hal ini benar-benar membakar hati David.
Namun dia tetap pada pendiriannya, dia tak mau merebut kekasih orang lain.
Untuk itu dia berfikir mungkin lebih baik dia menjauhi Vina untuk sementara
waktu sampai kecemburuannya menyusut.
Vina
sendiri merasakan perubahan yang terjadi pada diri David. Dia tidak sepeti
biasanya. Sebelumnya dia sering mengajak Vina jalan-jalan di taman kota, membelikkan
Vina ice cream, dan tak jarang main ke rumah Vina. Namun akhir-akhir ini dia
tak pernah lagi melakukan itu semua. Tanpa disadari Vina mulai merindukan
kehadiren David. Vina merindukan masa-masa dimana dia menghabiskan waktu
bersama David, jala-jalan di taman kota sambil makan ice cream, Vina merindukan
semua itu. Bahkan saat dia bersama Marcel pun dia selalu kepikiran denngan
David.
Suatu
ketika ibunya menanyakan David kepada Vina.
“Vin,
bagaimana kabar David?”
“Dia
baik, bu. Ada apa ibu menyinggungnya?”
“Tidak
apa-apa. Biasanya dia sering main ke rumah. Tapi akhir-akhir ini tak pernah
lagi.” Uacap ibu penasaran.
“Mungkin
dia sedang sibuk dengan studinya bu?”
“Oh ya? Ya sudahla.”
Bukan
hanya ibu yang merindukannya, tapi aku juga. Dia berubah sekarang, bu. Dia
tidak seperti David yang dulu lagi, yang baik, ramah, dan perhatian. Dia sudah
menjadi dingin dan tak perduli lagi padaku. Aku merindukannya bu? Aku mrindukan
David, kata Vina dalam hati.
Suatu
sore Vina pergi sendiri ke taman sambil meningat-ingat kejadian yang dialaminya
bersama David. Tak sengaja dilihatnya David sedang duduk dan bercanda mesra
dengan seorang gadis. Sungguh sesak dada Vina menyaksikan kejadian itu. Kali
ini Vina benar-benar cemburu melihat kedekatan David dengan gadis lain.
Dilemparnya botol minuman yang di tangannya kemudian pergi dari tempat itu
dengan hati yang marah dan cemburu yang membuat kakinya tersandung dan jatuh.
Kakinya luka dan berdarah. Namun dia tidak segera bangkit,dia duduk terdiam di
tempat jatuhnya itu sambil meneteskan air mata.
“Ya
Tuhan,mengapa aku seperti ini? David hanya ku anggap sebagai sahabat saya, tapi
kenapa aku marah melihatnya dengan gadis lain? Apakah aku mencintai David?”
ucap Vina dengan berlinang air mata.
Sesampainya
di rumah, Vina masih gelisah dengan kejadian di taman tadi sore. Dan akhirnya
dia menyadari bahwa kasih sayang yang di berikan David kepadanya serta
kepeduliaanya dan perhatiannya telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati
Vina.
“Aku
tidak bias begini terus, aku harus menyatakan semuanya kepada David mala mini
juga.”
Beberapa
kali di teleponnnya ke HP David namun tak diangkatnya, di sms tak di balas, dan
akhirnya dikirimnya pesan kea kun FBnya David.
Vid,
aku minta maaf jika kedekatanku dengan Marcel membuatmu marah dan menjauhiku,
tapi jujur aku juga cemburu melihatmu dengan wanita lain di taman kota tadi
sore.aku baru sadar kalau aku mencintaimu, aku merindukankehadiranmu di hidupku
lagi. Jika kamu masih mencintai aku, temui aku di taman kota sekarang/
Sementara
itu entah angina pa yang mendorong David untuk membuka akun Fbnya. Ini adalah
kali pertama dia membukanya selama sebulan terakhir. Dibacanya pesan dari Vina
dan betapa bahagianya David saat itu. Dia tak mampu berkata apa-apa lagi.
Tiba-tiba hujan turundengan derasnya.namun itu tidak mampu membuat David
mengurungkan niatnya untuk menemui Vina yang telah menunggunya di taman kota.
Setibanya di sana, dia melihat Vina berdiri sendiri dengan pakaian yang basah
kuyup.
“Vina…!!”
teriak David sambil berlari ke arahnya.
“David?”
“Vina,
aku juga mencintaimu, aku minta maaf kalu sifatku selama ini melukai
perasaanmu”
“Tidak
apa-apa, aku juga minta maaf sama kamu.”
“I
love you vin..” Kata David.
“I
love you too.” Balas Vina.
Kemudian
kedua insan itu menyatu di bawah guyuran air hujan, seakan tak merasakan
dinginnya air hujan dan angin malam yang menerpa tubuh mereka.
“Tapi,
bagaimana dengan Marcel?”
“Aku
akan bicara baik-baik padanya besok.”
“Baiklah,
ayo aku antar kamu pulang?” kata David
Lalu
diantarnya Vina pulang hngga tiba di
rumahnya.
“Vin
aku seneng banget hari ini. Aku janji tidak akan mengecewakanmu. Soal gadis
yang di taman tadi, dia adalah teman lamaku. Aku sudah berjanji dalam hati ku,
hanya kau seorang yang kucintai.”
“Iya
tidak apa-apa, aku amsuk dulu ya?”
“Iya.”
Baru
beberapa langkah Vina melangkahkan kakinya, tiba-tiba dia berbalik da di
ciumnya pipi lelaki itu dengan lembut, membuat jantung David rasanya mau copot.
“Sekarang pulanglah.”
Namun
dia tidak langsung pulang. Dilihatnya dan dipastikannya Vina masuk ke rumah
terlebih dahulu kemudian dia meluncur dari tempat itu.
Esok harinya Vina bermaksud
menceritakan hal ini kepada Ria sahabatnya. Namun belum sempat dia menyapa
teman-temannya, dia dibuat kaget karena semua teman satu kelasnya menangis
seperti kehilangan sesuatu yang berharga.
“Ada apa Ria? Mengapa kalian semua
menangis? Apa yang terjadi?” Tanya Vina penasaran.
“kita kehilangan satu teman kita
Vin. David kecelakaan. Mobilnya menghantam tiang listrik semalam.” Kata Ria
dibarengi dengan suara isak tangis.
“A….Apa?? Da…David. David
kecelakaan??”
“Iya Vin. Nanti kita akan datang ke
rumah David untuk melayatnya.”
Air
mata yang segera mengalir deras tak mampu lagi di bendungnya. Tak ada sepatah
kaa pun yang keluar dari mulut Vina.
Setelah mereka selesai mendoakan
jasad David, bersama-sama mereka mengantarkan David ke tempat peristirahatannya
yang terakhir. Selama proses pemakaman berlangsung, Vina tak banyak
berkata-kata. Dia hanya menangis dan menangis. Sesekali di panggilnya nama
David lirih.
Setelah semua orang meninggalkan
tempat itu,tinggallah Vina seorang diri yang diam terpaku mihadapan kubur
David. dipegangnya kubur itu dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.
“Aku tidak pernah menyangka kalau
malam itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Kenapa kau pergi secepat ini?
Kenapa kau pergi disaat aku sadar bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang
mencintaiku dengan tulus. Aku tidak tau harus gimana lagi. Aku tidak tau apakah
aku dapat melanjutkan hidupku tanpa kehadiranmu di sisiku lagi?” isak Vina.
Tiba-tiba sepasang tangan menyentuh
dan merangkul bahu Vina dengan hangat. Ditolehkannya wajahnya kea rah empunya
kedua tangan itu.
“Marcel.”
“Aku tau semuanya Vina. Sudahlah,
tak ada gunanya kamu menangisi David seperti ini. Dan aku juga yakin kalau
David tidak ingi melihatmu seperti ini. Kau harus kuat dan tegar Vin. Kau pasti
bisa meneruskan hidupmu. Aku masih di sini, Vina. mungkin aku tidak bias
seperti David, tapi aku janji aku akan menjadi yang terbaik buat kamu.”
Dipeluknya tubuh Vina dengan
kehangatan dan dibelainya rambut gadis itu penuh krtulusan. Ternyata Vina
membalas pelukan Marcel. Kubur David menjadi saksi antara cinta Marcel dan
Vina.
“Terimakasih Marcel, karena kamu
masih setia dengan cintamu padaku, meskipun kau tau hatiku hanya untuk David.”
“Taka apa Vin, biarkan semua
mengalir sebagaimana adanya.” Ucap Marcel meyakinkan.
David, aku akan belajar untuk mulai
menerima Marcel di hidupku. Tapi ketahuilah, kamu akan selalu ada di hatiku
selamanya, tak perduli siapapun yang ada di sisi ku saat ini. Kata Vina dalam
hati. Keduanyapun melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu dengan hati yang
tenang dan mengikhlaskan kepergian David.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar